Politeknik Negeri Media Kreatif Buka Tiga Jurusan Baru

Karena minat masuk ke Politeknik Negeri Media Kretif sangat banyak, mulai ajaran baru tahun 2010/2011 politeknik yang berlokasi di Srengseng Sawah, Lenteng Agung, Jakarta Selatan itu akan membuka tiga jurusan baru, yaitu teknik kemasan, fotografi dan periklanan. Jurusan yang ada saat ini adalah teknik grafika, penerbitan dan design grafis.

”Semua jurusan yang kami buka mirip dengan 14 jenis industri kreatif yang ada di daftar Kementrian Perdagangan,” kata Direktur Politeknik Negeri Media Kreatif, Bambang Wasito Adi, SH, MSc, di kampus politeknik negeri itu di Jakarta, Rabu, (17/3).

Menurut dia, tahun lalu jumlah peminatnya sungguh luar biasa, yaitu yang mendaftar 900 calon mahasiswa, sedangkan yang diterima hanya 192 orang. Dengan demikian, katanya, pihaknya merencanakan hingga tahun 2014 nanti politeknik negeri itu akan membuka sekitar 20 prodi yang semuanya terkait dengan industri kreatif.

Bambang yang juga mantan Kapus Informasi dan Humas Kemendiknas RI itu menambahkan bahwa setelah bekerja keras sejak tahun lalu, politeknik ini sudah mulai berjalan baik, dengan kurikulum dan proses pembelajaran yang berbasis pada basis produksi dan kewirausahaan.

Basis produksi, kata dia, karena politeknik itu merupakan sekolah kreatif, sehingga mahasiswanyaharus mengembangkan ide-ide untuk mampu menciptakan suatu produk. ”Jadi kalau tidak bisa memproduksi, itu bukan mahasiswa politeknik ini, karena basisnya adalah produksi dan kewirausahaan,” katanya.

Artinya, dalam proses pembelajarannya, mahasiswa politeknik itu harus memiliki kemampuan untuk memproduksi sesuatu untuk dijual, sehingga seluruh peralatan dan perlengkapan pembelajaran di politeknik ini menjadi unsur utama yang sangat menunjang.

Dikemukakan juga, karena basisnya adalah Pusat Grafika Indonesia (Pusgrafin), bidang teknik grafika jelas akan semakin diperkuat, apalagi pihaknya memiliki reputasi dan peralatan yang baik.

”Kami perkirakan untuk jurusan teknik grafika, politeknik ini mungkin yang terbaik dan terlengkap di ASEAN, dan akan semakin ditingkatkan,” katanya.

Bidang lain yang juga akan semakin dikembangkan adalah jurusan design grafis, karena saat ini dukungan fasilitas untuk praktik produksi saat ini juga sangat lengkap. Baru setelah itu, hingga 2014, pihaknya akan membuka prodi-prodi baru.

Menurut Bambang, Politeknik Negeri Media Kreatif berdiri sejak 10 Oktober 2008, yaitu hasil peleburan Pusat Grafika Indonesia (Pusgrafin) yang sebelumnya menjadi Pusat Pelatihan Kegrafikaan di Indonesia. Perubahan itu terjadi karena tuntutan perkembangan, terutama perkembangan di bidang industri grafika.

”Hingga saat iitu belum ada program pendidikan S1 fashion, teknik kemasan, dan teknik grafika, padahal industri kemasan di Indonesia omsetnya bisa mencapai Rp 15–Rp 20 triliun per tahun, jadi sayang apabila tidak ada jurusan itu di Indonesia,” katanya.

Dengan gambaran itu lah, katanya, pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional, membentuk sekolah pendidikan tinggi vokasi yang khusus dan relevan dengan industri kreatif.

Industri kreatif, katanya, saat ini memberikan kontribusi sekitar 6,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2007, tapi sekolahnya tidak ada. Industri manufaktur yang paling tinggi perdagangannya itu sekitar 16 persen. ”Sekolahnya di mana-mana di UI, ITB, ITS, semuanya buka,” kata Bambang.

Oleh karena itu, katanya menambahkan, pada tahun 2007 sebenarnya pemerintah akan membangun sekolah politeknik khusus, tapi investasinya mahal sekali, apalagi di Jakarta, belum ada lahan dan bangunannya, sehingga kebijakannya waktu itu adalah mengubah institusi yang sudah ada yaitu Pusgrafin diubah menjadi Politeknik Media Kreatif.

Menurutnya, Politeknik Negeri Media Kreatif itu diawali dengan tiga jurusan, yaitu teknik grafika, penerbitan dan design grafis. Saat itu jumlah mahasiswa perdana sebanyak 87 orang, karena kapasitasnyta hanya untuk tiga kelas. ”Tahun 2009 kami menerima 180 lebih mahasiswa, sehingga total jumlah mahasiswanya saat ini mencapai 245 orang,” katanya.

”Kapasitas kami adalah 300 mahasiswa, sedangkan gedung baru masih belum selesaI pembangunannya, sehingga banyak mahasiswa harus belajar di gedung produksi untuk sementara waktu,” kata Bambang Wasito Adi.

Sumber: www.bipnewsroom.info

0 komentar:

Posting Komentar