Poltek Negeri Media Kreatif Miliki Peralatan Terlengkap Di Asia

Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta merupakan sekolah politeknik yang memiliki peralatan dan fasilitas penunjang terlengkap di Asia, misalnya adanya peralatan praktik alat cetak digital.

”Fasilitas pendukung politeknik, termasuk alat cetak digital, menjadi yang terlengkap di Asia, apalagi kami bekerja sama dengan perusahaan Kodak dari Jepang, dan juga dengan China,” kata Direktur Politeknik Negeri Media Kreatif, Bambang Wasito Adi, SH, MSc di Kampus Politeknik Negeri Media Kreatif, Srengseng Sawah, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (17/3).

Ia menjelaskan, sekolahnya bekerja sama dengan perusahaan Kodak dari Jepang dalam pengadaaan peralatan pendukung dan teknologi, termasuk bekerja sama dalam berbagai pelatihan peralatan dan perlengkapannya, dan semuanya dilakukan di Politeknik Negeri Media Kreatif.

Sedangkan dengan China, negara itu selain mengirimkan mesin offset-nya, juga mendatangkan instruktur untuk melakukan pelatihan di kampus politeknik mengenai teknik-teknik pengoperasian dan penguasaan teknologi mesin offset itu.

Bambang juga menjelaskan, pihaknya juga telah memiliki mesin cetak indigo produksi India, yang dibeli dengan harga lebih murah.

Dijelaskan bahwa pimpinan perusahaan dan pabrik mesin cetak indigo dari India itu sangat tertarik bekerja sama dengan Politeknik Negeri Media Kreatif setelah kampus politeknik itu.

”Mereka tertarik menjalin kerja sama dengan kami. Kami mendapat mesin cetak WEB seharga Rp 5–Rp 6 miliar dengan harga 50 persennya, tapi dengan adanya kerja sama tersebut, mereka menginginkan kampus politeknik kami menjadi pusat pendidikan bagi para tenaga kerja mereka. Kampus ini akan menjadi pusat pelatihan di Indonesia,” kata Bambang.

Dikemukakan, apabila Politeknik Negeri Media Kreatif itu sudah memiliki mesin WEB, maka akan menjadi sekolah pertama di dunia yang mempunyai mesin WEB seharga Rp 6 miliar.

”Hari Kamis (18/3) utusan dari negara India itu akan datang ke kampus ini dan menandatangani MoU,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa aset sekolah politekniknya, setelah dilakukan rehab Gedung A, B, dan C, yang menghabiskan dana Rp 6 miliar, akan menjadi Rp 20 miliar. Dengan menempati lahan seluas dua hektare, menurutnya, apabila ingin memiliki gedung bertingkat 12, dibutuhkan sebesar Rp 50 miliar.

”Harapan kami sangat sederhana, jangan sampai peserta didik dari kampus ini ke luar kampus tanpa bekerja. Jadi bukan sertifikat lulusnya, tapi skillnya yang dibutuhkan,” kata Bambang.

Bambang menambahkan bahwa biaya kuliah di politeknik sebesar Rp 3,5 juta/semester atau Rp 7 juta/tahun. Khusus untuk jurusan teknik grafika, menurutnya, sekolahnya harus nombok, karena seharusnya biayanya mencapai Rp 9,5juta/mahasiswa/tahun, terutama harus mengeluarkan biaya besar ketika di semester empat, lima dan enam, karena harus latihan cetak yang banyak kesalahannya.

”Tapi karena kami menjalin kerja sama dengan perusahaan atau pabrik tinta, maka pengeluaran hanya sekitar 30–40 persen saja untuk praktik,” kata Bambang Wasito Adi.

Sementara itu di tempat sama, anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Golkar, Ferdiansyah mengatakan, juara ketiga lomba animasi tingkat dunia adalah orang Indonesia, namun pemenang dari Indonesia itu tidak terdidik di sekolah secara sistematik.

Karena itu, katanya, harus ada pendidikan tentang bidang animasi itu secara sistematisdi Indonesia, sehingga ke depan akan lahir juara-juara dunia di bidang kratif yang benar-benar terdidik.

Ia menjelaskan bahwa dunia industri kreatif sangat luas, karena bisa dari produk cetakannya, filmnya, atau kemasannya, dan hal itu sangat bermanfaat karena dibutuhkan dalam perkembangan dunia usaha.

”Jadi ketika kami (Komisi X DPR RI) dulu meminta adanya perubahan dari Pusat Grafika Indonesia (Pusgrafin) menjadi Politeknik Negeri Media Kreatif, bukan hanya untuk memajukan jurusan grafika saja, tapi juga menjadi poli media, yaitu politeknik media kreatif,” katanya.

Hanya saja yang perlu diantisipasi dari sekarang, katanya, perlu dipikirkan ketersediaan dosen tidak langsung yang berpendidikan S2, meskipun secara bertahap, politeknik ini juga selain harus melahirkan tenaga-tenaga terampil, juga menyiapkan pendidikan jenjang S1 yang memadukan pendidikan dan keterampilan.

”Karena itu kami meminta Direktur Politeknik Media Kreatif agar segera menyekolahkan dosen yang berpendidikan S 1 untuk mengambil pendidikan S2 di bidang yang dibutuhkan,” kata Ferdiansyah.

Sumber: www.bipnewsroom.info

0 komentar:

Posting Komentar