Pasar Perkawinan

Dibanyak tempat, poligami adalah hal yang ilegal walaupun pria selalu menjadi penguasa. Kompromi di antara pria dan wanita adalah cara bagaimana monogami terus bertahan, tetapi tidak menjelaskan bagaimana monogami itu terjadi. Kita harus memahami bahwa beberapa masyarakat monogami. Masyarakat ini cenderung menilai berdasarkan kemampuan memberi nafkah. Jika pria hendak menikah dua kali, ia akan merasa kesulitan. Untuk apa seorang wanita menikahi pria miskin yang telah memiliki istri.

Kemampuan memberi nafkah dapat membatasi terjadinya poligami. Namun, hal ini juga menghilangkan sisi positif dari monogami. Secara tidak langsung, perempuan digambarkan sebagai seorang makhluk yang tunduk pada harta dan tetap puas menjadi istri kedua asal kehidupannya terpenuhi. Namun, perempuan berpendidikan akan menolak anggapan bahwa mereka bergantung pada suami.

Jika kita menerima pandangan Darwin mengenai bagaimana pria cenderung berkeinginan memiliki banyak istri, sedangkan wanita menginginkan sumber daya yang cukup untuk membesarkan anak-anak mereka, maka adanya monogami saat ini dapat dijelaskan. Masyarakat poligami digambarkan sebagai sesuatu yang disukai pria dan dibenci wanita. Namun, wanita akan lebih memilih menjadi istri kedua dibandingkan menikah dengan pria miskin. Hal ini menggambarkan perempuan tidak dilayani dengan baik oleh perkawinan monogami, sedangkan pria miskin tidak dilayani oleh poligami.

Tidak ada kesepakatan bahwa setiap orang harus berpasangan dengan orang yang sepadan. Namun, tentu saja sebenarnya perempuan ingin memiliki pasangan yang ada diperingkat atas. Begitupun dengan pria. Satu gerakan poligami bisa membuat sebagian besar wanita lebih baik dan kebanyakan pria lebih buruk. Kita bisa menyimpulkan bahwa, poligami akan membuat laki-laki menderita. Sedangkan pada wanita, poligami dapat memberikan wanita kesempatan untuk memiliki kehidupan yang sama.

Monogami tidak memberikan efek negatif bagi pria, tetapi juga tidak memberikan efek positif untuk wanita. Monogami terjadi karena adanya kompromi di antara pria beruntung dan pria kurang beruntung. Ketika kekuatan politik terdistribusi lebih rata, laki-laki kelas atas tidak dapat seenaknya menikahi banyak perempuan cantik dan berstandar tinggi. Monogami adalah ekspresi langsung kesetaraan politik antara laki-laki.

Wijayanto, Eko. 2010. Evolusi Kebudayaan. Jakarta: Salemba Humanika

Masa Muda Darwin dan Era Victoria

Layaknya anak-anak lelaki yang tumbuh di inggris pada abad-19, Darwin percaya bahwa tidak disarankannya untuk mencari kesenangan seksual. Jika hasrat seksual mulai terbangun, dibutuhkan niat yang bear untuk mengontrol hal itu. Karena, hasrat satu orang akan membuat sepuluh orang menderita. Darwin yang besar di era itu dapat dikatakan hidup ditengah-tengah gravitasi moral yang besar.

Awalnya, Darwin hendak dijadikan seorang dokter. Ayahnya yakin bahwa ia harus menjadi seorang dokter dengan pasien yang banyak. Akan tetapi, semasa ia kuliah, Darwin menyadari bahwa ia lebih tertarik meneliti keadaan alam. Ia bertemu dengan Robert Grant, seorang ahli sponge yang percaya akan evolusi. Malihat hal ini, ayah Darwin akhirnya menyarankan anaknya untuk membangun karir di bidang agama. Darwin menyukai gagasan ayahnya. Ia akhirnya belajar teologi di Cambridge University. Setelah lulus ia bekerja sebagai naturalis amatir di kapal H.M.S. Ia bertugas menemani sang kapten berbincang-bincang selama pelayaran dengan Beagle.

Darwin dikenal sebagai orang yang baik, manis, dan kurang ambisius. Ia seorang yang pemalu dan sederhana. Banyak pertanyaan yang meragukan bahwa Darwin, seorang yang tidak terlalu intelek dapat menemukan teori yang masif dan signifikan. Memang teori seleksi alam memiliki efek yang luar biasa dan signifikan, namun tidak terlalu masif dalam strukturnya.

Besar di era Victoria, Darwin percaya bahwa seks memiliki peran yang sangat penting dalam mempertahankan suatu spesies. Ia juga meniliti adanya perbedaan alamiah antara jantan dan betina dalam berhubungan seksual. Betina dipercaya lebih pemilih, sedangkan jantan pihak yang rela memperebutkan betina. Sifat-sifat ini justru mempersulit para hewan untuk bereproduksi. Teori Darwin ini menyadarkan manusia secara psikologis akan seks. Produk seleski alam dapat diubah. Apabila kita mengubah standar kita, kita juga harus mengetahui dari mana asal mula dan bagaiman gen-gen yang memengaruhi cara kita berfikir.

Wijayanto, Eko. 2010. Evolusi Kebudayaan. Jakarta: Salemba Humanika

Kurun Niaga di Asia Tenggara

Dimulai pada tahun 1400 hingga 1689. Di akhir abad ke-12 sebenarnya telah menunjukkan kegiatan awal perdagangan yang mulai menggeliat di kawasan Asia Tenggara. Hal ini ditunjukkan dengan ramainya perdagangan di perairan Asia Tenggara yang memang letaknya sangat strategis dengan pusat-pusat pemukiman penduduk dunia seperti India, Timur Tengah, dan Eropa. Komoditi yang dihasilkan dan menjadi primadona pada masanya adalah rempah-rempah yang terdiri dari pala, lada, cengkeh, dan kayu cendana. Ekspor besar-besaran yang dilakukan di Maluku dan Banda ke Cina menjadi awal perdagangan besar-besaran yang nantinya mencapai puncak pada tahun 1500an. Mengapa pertengahan abad 15 hingga abad 17 dikatakan sebagai abad yang didominasioleh perdagangan? Pertama, karena ledakan pasar pada abad ke-16 tidak saja berpengaruh terhadap Eropa dan Timur tengah bagian timur,tetapi juga mempengaruhi Cina, Jepang bahkan mungkin India. Pada saat ini yang menjadi aktor penting adalah Asia Tenggara karena pada saat itu barang yang paling penting dalam perdagangan jarak jauh di luar emas dan perak adalah cengkeh yang hanya diproduksi besar-besaran di wilayah Asia Tenggara. Kedua, selama periode ini para saudagar, penguasa, kota dan negara menempati bagian sentral dalam perdagangan yang berasal dari dan melalui wilayah mereka.

Pusat-pusat perdagangan di wilayah bawah angin adalah kota-kota di Asia seperti Pegu, Ayutthaya, Pnompeni, Hoi An (Faifo), Malaka, Patani, Brunei, Pasai, Aceh, Banten, Jepara, Gresik, dan Makassar. Meski demikian, pada akhirnya hanya ada tiga kota yang benar-benar menjadi pusat perekonomian regional, kekuasaan politik, dan kreativitas budaya yang menonjol, yaitu Malaka dibawah kekuasaan Portugis (sejak 1511), Manila dibawah kekuasaan Spanyol (1571),dan Batavia di bawah kekuasaan Belanda (1619).

Kejatuhan masa kurun niaga di Asia Tenggara yaitu Asia Tenggara sebagai akibat munculnya kota-kota penghasil rempah-rempah di barat. Antara lain di Brazil dan pelabuhan-pelabuhan di Eropa. Hal ini menyebabkan harga rempah-rempah lebih murah dan menarik aktivitas perdagangan di Asia Tenggara ke Eropa. Sementara itu, faktor lingkungan juga menjadi salah satu alasan mengapa perdagangan di Asia Tenggara sangat ramai. Unsur dominan dalam lingkungan hidup Asia Tenggara adalah air dan hutan. Perairan di sekitar Asia Tenggara merupakan tipe perairan yang ideal bagi para nelayan dan para pedagang asing untuk melakukan kegiatan perdagangan. Suhu air tidak beragam sehingga perahu-perahu yang tidak kuat lagi untuk melanjutkan pelayaran ke Eropa atau Jepang bisa beroperasi selama berthaun-tahun di Asia Tenggara. Semua ini menjadikan lautan tengah Asia Tenggara sebagai salh satu tempat pertemuan dan lalu lintas yang lebih ramah serta menarik dibandingkan dengan laut tengah yang lebih dalam dan lebih berbadai di Barat . Unsur lainnya, hutan, mampu menyediakan kayu yang bagus untuk pembuatan kapal sehingga menjadi komoditas yang bagus dalam perdaganan laut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dissatu pihak Asia Tenggara relatif lebih bebas dari migrasi dan invasi besar-besaran dari Asia Tengah seperti yang dialami oleh India dan Cina, sedangkan di lain pihak, Asia Tenggara selalu terbuka bagi perdangangan antarsamudra, bagi para petualang, dan kaum penyenar berbagai paham tertentu.

7 Habits; Prinsip Visi Pribadi

KESADARAN DIRI, atau kemampuan berpikir tentang proses berpikir sendiri adalah alasan mengapa manusia memiliki kekuasaan atas semua benda di dunia ini dan mengapa manusia dapat membuat kemajuan penting dari generasi ke generasi. Kesadaran diri memungkinkan kita memisahkan diri dan memeriksa cara kita “melihat” diri sendiri. Ini menjadi peta kita untuk sifat dasar manusia. Tanpa sadar kita akan memproyeksikan maksud kita pada perilaku mereka dan menyebut diri kita obyektif dan akan membatasi potensi kita berhubungan dengan orang lain.

CERMIN SOSIAL

Refleksi dari paradigma memperlihatkan bahwa seringkali ditentukan oleh pengkondisian dan kondisi. Menciptakan peta yang sangat berbeda.

Ada tiga buah peta social. Determinisme genetic, sifat ini diteruskan dari generasi ke generasi. Determinisme psikis. Pengalaman pada masa kanak-kanak membentuk pribadi dan susunan karakter. Begitulah cara orangtua membesarkan anak. Determinisme lingkungan. Sesuatu di lingkungan anda bertanggung jawab atas situasi anda.

Di Antar Stimulus dan Respon

Batas dan parameter kehidupan sudah ditentukan dan pada dasarnya kita tidak dapat berbuat banyak. Namun kita dapat memutuskan pada diri kita bagaimana segala sesuatu dapat mempengaruhi kita. Diantara stimulus dan respon, manusia memiliki kebebasan untuk memilih. Selain kesadaran dri, kita memiliki imajinsi dan kehendak bebas.

Anugerah manusiawi mengangkat kita diatas dunia binatang. Sejauh mana kita dapat melatih dan mengembangkannya memberi kita kekuatan untuk memenuhi potensi manusiawi yang unik. Diantar stimulus dan respon terdapat kekuatan kita yang terbesar-kebebasan untuk memilih.

DEFINISI “PROAKTIVITAS”

Proaktivitas lebih daripada sekedar mengambil inisiatif. Kata ini berarti sebagai manusia, kita bertanggung jawab atas hidup kita sendiri. Kita mempunyai inisiatif dan tanggung jawab untuk membuat segala sesuatu terjadi.

Orang yang proaktif mengenali tanggung jawab, tidak menyalahkan keadaan mereka. Sedangkan orang yang reaktif seringkali dipengaruhi oleh lingkungan fisik mereka juga dipengaruhi oleh lingkungan social mereka, cuaca sosial. Ketika orang berlaku baik pada mereka, mereka juga akan baik. Sebaliknya jika orang berbuat tidak baik,mereka menjadi defensive dan protektif.

Orang reaktif digerakan oleh perasaan sedangkan orang proaktif akan digerakan oleh nilai yang telah dipikirkan dengan cermat. Eleanor Roosevelt, “Tak seorang pun dapat menyakiti Anda tanpa persetujuan Anda”. Gandhi, “Mereka tidak dapat merenggut harga diri kita jika kita tidak memberikannya kepada mereka.” Saya menjadi saya yang hari ini karena pilihan yang saya buat kemarin. “Bukan apa yang terjadi pada diri kita, melainkan respon kita terhadap apa yang terjadi pada diri kitalah yang menyakiti kita”. Viktor Frankl, ada tiga nilai pokok dalam kehidupan. Pengalaman, atau apa yang terjadi pada diri kita. Kreatifitas, atau yang kita adakan. Atau respon menghadapi sesuatu.

MENGAMBIL INISIATIF

Sifat dasar kita adalh bertindak. Sifat ini memberikan kekuatan untuk menciptakan keadaan tertentu. Mengambil inisiatif bukan berarti mendesak atau agresif.

Banyak oarng menunggu sesuatu terjadi atau seseorang untuk mengurus mereka. Akan tetapi pada akhirnya orang proaktif yang merupakan solusi bagi masalah. Menuntut seseorang untuk bertanggung jawab tidaklah merendahkan dirinya, malah menguatkan.

Bertindak atau Menjadi Sasaran Tindakan

Jika menunggu untuk menjadi sasaran, kita pun akan menjadi sasaran tindakan. Kita menghadapi realitas dari keadaan sekarang dan memproyeksikan masa yang akan dating. Namun, kita juga mempunyai realitas bahwa kita memiliki kekuataan untuk memilih respon yang positif terhadap keadaan dan proyeksi tadi. Tidak mau menghadapi realitas sama juga dengan menerima gagasan bahwa apa yang sedang terjadi dalam lingkungan kita pasti menentukan nasib kita.

MENDENGARKAN BAHASA KITA

Bahasa kita adalah indikator yang sangat riil mengenai tingkatan kita memandang diri kita sebagai orang yang proaktif. Masalah serius dari bahasa reaktif adalah bahwa bahasa merupakan pembenaran ramalan sendiri. Mereka menyalahkan kekuatan luar untuk situasi mereka sendiri.

Bagi orang yang reaktif, cinta adalah sebuah perasaan. Sedangkan orang proaktif membuat cinta sebagai kata kerja, sesuatu yang dilakukan. Cinta, perasaannya, merupakan buah dari kata kerja cinta itu sendiri.

LINGKARAN KEPEDULIAN/LINGKARAN PENGARUH
Ketika melihat hal-hal di dalam lingkaran keperdulian, tampak jelas ada beberapa hal yang tidak dapat kita control dan ada beberapa hal yang dapat kita perbuat.

Fokus Proaktif

Orang proaktif memfokuskan upaya mereka didalam lingkaran pengaruhnya. Menyebabkan lingkaran pengaruh mereka meningkat. Sebaliknya orang reaktif memfokuskan upayanya didalam lingkaran keperdulian. Berfokus pada kelemahan orang lain. Menyebabkan lingkaran pengaruh mereka makin menyusut.

Fokus Reaktif

Selama bekerja di lingkaran keperdulian, kita memberikan kekuasaan kepada hal-hal di dalamnya untuk mengendalikan kita. Kita tidak mengambil inisiatif proaktif. Ketika bekerja dalam lingkaran pengaruh barulah ada energi positif. Dengan mengkhawatirkan diri kita sendiri buakn keadaan.

Orang proaktif memiliki lingkaran keperdulian setidaknya sama besar dengan lingkaran pengaruh, menerima tanggung jawab untuk menggunakan pengaruh mereka secara efektif.

LANSUNG, TAK LANGSUNG, DAN TANPA KONTROL SOSIAL

Kontrol langsung, melibatkan perilaku kita sendiri. Kontrol tak lanngsung, melibatkan perilaku orang lain. Tanpa control, kita tidak dapat berbuat langsung terhadapnya, seperti masa lalu.

Orang proaktif melakuakan perbaikan kebiasaan atas masalah-masalah terkontrol langsung. “Kemenangan Prinadi”. Untuk masalah terkontrol secara tidak langsung diatasi dengan mengubah metode pengaruh kita. “kemenangan publik”. Dan untuk masalah tanpa control, memerluka tanggung jawab untuk tersenyum dan menerimanya dengan tulus. Walaupun kita tidak menyukainya. Dengan cara ini kita tidak memberikan kesempatan kepada masalah ini untuk mengendalikan kita.

MELUASKAN LINGKARAN PENGARUH

Orang proaktif tidak suka memksa, mereka digerakan oleh nilai, dan tahu apa yang dibutuhkan. Gandhi, walaupun tidak memiliki kantor atau jabatan, melalui rasa iba, keberanian, puasa, dan persuasi moral ia akhirnya menakhlukan dominasi politis dari tiga ratus juta orang dengan kekuatan lingkaran pengaruh yang sangat luas.

“MEMPUNYAI” DAN “MENJADI”

Lingkaran keperdulian diisi dengan mempunyai. Lingkaran pengaruh dipenuhi dengan menjadi. Setiap kali kita berpikir ada masalah diluar sana, pikiran itu sendiri adalah masalahnya. Sebagai orang proaktif, kita dapat membawa cuaca fisik atau sosial kita sendiri. Kita dapat menjadi bahagia dan menerima hal-hal yang sekarang tidak dapat kita kontrol, sementara kita berfokus pada masalah yang dapat kita control.

UJUNG LAIN DARI TONGKAT

Konsekuensi dan kesalahan. Walaupun kita bebas memilih tindakan , kita tidak bebas memilih konsekuensi. Konsekuensi diatur oleh hokum alam dan berada di dalam lingkaran keperdulian. “Ketika mengangkat satu ujung tongkat, kita mengangkat ujung yang lain”. Ada saat-saat dalam hidup, kita merasa salah mengangkat tongkat.

Pendekatan proaktif terhadap suatu kesalahan adalah dengan langsung mengakuinya, memperbaikinya, dan belajar darinya. Hal ini mengubah kegagalan menjadi keberhasilan. “Keberhasilan” berada pada ujung lain dari kegagalan. Respon kita terhadap setiap kesalahan mempengaruhi kualitas momen berikutnya. Bukan apa yang orang lain perbuat atau bahkan kesalahan kita sendiri yang melukai kita, tetapi respon kita terhadap hal-hal itu.

MEMBUAT DAN MEMENUHI KOMITMEN

Bagian paling inti dari lingkaran pengaruh adalah kemampuan membuat dan memenuhi komitmen. Integeritas kita pada komitmen itu adalah inti dan manifestasi jelas dari keproaktivitasan kita. Kita dapat membuat janji dan memenuhinya. Atau menetapkan tujuan dan berusaha mencapainya. Dengan membuat dan memnuhi janji pada diri kita sendiri dan orang lain, sedikit demi sedikit kehormatan kita menjadi lebih besar dibandingkan suasana hati kita.

PROAKTIVITAS; UJIAN TIGA PULUH HARI.

Bekerjalah hanya pada lingkaran pengaruh. Buatlah komitmen kecil dan penuhi komitmen tersebut. Jadilah sinar, bukan hakim. Jadilah bagian dari solusi. Lihat kelemahan orang dengan prihati, bukan dengan tuduhan. Yang penting adalah respon kita terhadap segala yang terjadi. Kita bertanggung jawab atas efektivitas kita sendiri, untuk kebahagian kita, dan pada akhirnya sebagian besar kewadaan kita

R. Covey, Stephen. 1989. 7 Habits. USA: Simon & Schuster

Revitalisasi Kesenian Membatik

Batik adalah salah satu warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang harus senantiasa kita jaga selalu. Sebagai salah satu harta, bukan tidak mungkin batik dapat berpindah tangan ke bangsa lain atau bahkan punah dan tidak dikenal lagi oleh generasi yang akan datang. Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mempertahankan batik dan nilai filosofinya agar tetap dapat menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia. Namun, melestarikan dan menjaga batik bukanlah hal yang mudah. Perlu adanya kemauan dan kerjasama dari segenap dan seluruh komponen masyarakat Indonesia.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan bersama demi mempertahankan dan melestarikan batik. Pertama adalah pelestarian seni batik, terutama teknik dalam membuat batik. Dahulu pola batik masih seputar binatang serta tanaman. Namun ini berkembang ke motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, dan sebagainya. Dengan adanya penggabungan corak lukisan dan dekorasi pakaian, muncuah seni batik tulis.

Kebudayaan yang sifatnya dinamis membuat batik sebagai salah satu hasil budaya akan terus berkembang dan berubah. Model, motif, serta pemakaian batik akan selalu dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan modernisasi. Saat ini, produk-produk batik terus mengikuti selera pasar. Sejumlah desainer berlomba-lomba mengkreasikan kain dan motif batik menjadi sesuatu yang tidak monoton dan dapat diterima di semua kalangan.

Goresan canting yang terdapat di batik adalah sebuah lukisan yang memiliki nilai filosofi dan penuh makna dari sang pembatik. Namun, menurut penelitian dari Tim Peniliti ITB untuk batik, tidak hanya itu saja yang terkandung di dalamnya, melainkan juga dapat ditarik kesimpulan bahwa nenek moyang bangsa kita kaya meninggalkan jejak perhitungan matematika pada kain batik Indonesia. Dari hasil-hasil karya mereka, kita dapat mengetahui bahwa terdapat banyak kombinasi ragam hias seni batik. Motif-motif itu memiliki fungsi beragam. Salah satunya sebagai pengingat. Pada motif babon angrem contohnya. Motif ini memiliki makna agar para wanita menjaga dan membesarkan anaknya layaknya seekor ayam mengerami telur-telurnya

Tidak salah bila pembatik masa kini memasukan unsur-unsur modern untuk menghiasi motif-motif batik yang sudah ada. Namun, harus tetap diingat pakem-pakem yang ada dalam membuat kain batik itu sendiri. Seperti di pekalongan, batik pekalongan yang dikenal sebagai batik yang terus mengikuti jaman dan perkembangan tren, mendapat pengaruh dari kebudayan Cina juga Belanda. Pada jaman penjajahan jepang munculah batik dengan nama ‘Jawa Hokokai’ yang memiliki motif dan warna yang mirip dengan kimono. Pada tahun 2005, sesaat setelah SBY diangakat menjadi presiden, muculah motif batik ‘SBY’ yang motifnya mirip dengan kain tenun ikat atau yang biasa dikenal dengan songket. Hal-hal yang berbau modern dapat dengan mudah menggeser keberadaan batik sebagai salah satu hasil kebudayaan tradisional. Namun, bukan berarti ia juga tidak dapat memperkuat keberadaan batik.

Kedua, regenerasi pembatik harus tetap berlangsung. Anggapan mengenai batik adalah milik generasi tua yang sulit sekali dihilangkan harus segera diubah. Pembatik tulis semakin sedikit dan tinggal pembatik-pembatik lanjut usia. Hal ini harus segera ditanggulangi. Kepada generasi mudalah harta bangsa ini akan diwariskan, maka sudah menjadi tugas kaum muda untuk menjaga dan mempertahankan perkembangan batik agar tetap menjadi bagian dari keseharian masyarakat. UNESCO pun telah mewajibkan Indonesia untuk melakukan regenerasi pembatik. Salah satu cara mudah adalah dengan memberikan penghargaan terhadap institusi atau lembaga pendidikan formal dan nonformal yang telah mengadakan kegiatan diluar akademik, membatik, sebagai upaya untuk menarik minat dan menciptakan atmosfer menyenangkan generasi dalam membatik dikalangan orang-orang muda. Teknik membatik adalah hasil proses panjang pengelelolaan kain yang dikembangkan secara turun-temurun. Oleh karena itu, proses ini sudah seharusnya terus berjalan dan berkembang beriringan dengan regenerasi pembatik.

Kemudian, hal penting berikutnya adalah memperhatikan hidup pembatik. Kesejahteraan para pembatik saat ini memang masih belum bisa disamakan dengan seniman-seniman lain seperti pemusik atau pemain film. Pembatik harus dihargai layaknya seorang seniman. Bukan seorang buruh. Minimnya masyarakat yang menggunakan batik bisa membuat seniman batik mengalami penurunan kualitas hidup. Jika hal ini dapat tercapai, bukan tidak mungkin batik dapat menjadi salah satu sendi perekonomian nasional dan bukan hanya sebagai penjaga tradisi dan budaya. Ketika kesejahteraan pembatik dapat kita jaga, dapat dipastikan regenerasi pembatik akan berjalan dengan baik.

Salah satu alasan kuat perlunya batik dilestarikan, adalah bahwa seni batik memiliki nilai tradisi budaya Nusantara yang sangat berharga. Semua ini membutuhkan kerjasama semua pihak. Sehingga batik bisa semakin memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Indonesia. Tidak lagi hanya menjadi denyut napas kehidupan masyarakat jawa saja, tetapi seluruh masyarakat Indonesia.