Kurun Niaga di Asia Tenggara

Dimulai pada tahun 1400 hingga 1689. Di akhir abad ke-12 sebenarnya telah menunjukkan kegiatan awal perdagangan yang mulai menggeliat di kawasan Asia Tenggara. Hal ini ditunjukkan dengan ramainya perdagangan di perairan Asia Tenggara yang memang letaknya sangat strategis dengan pusat-pusat pemukiman penduduk dunia seperti India, Timur Tengah, dan Eropa. Komoditi yang dihasilkan dan menjadi primadona pada masanya adalah rempah-rempah yang terdiri dari pala, lada, cengkeh, dan kayu cendana. Ekspor besar-besaran yang dilakukan di Maluku dan Banda ke Cina menjadi awal perdagangan besar-besaran yang nantinya mencapai puncak pada tahun 1500an. Mengapa pertengahan abad 15 hingga abad 17 dikatakan sebagai abad yang didominasioleh perdagangan? Pertama, karena ledakan pasar pada abad ke-16 tidak saja berpengaruh terhadap Eropa dan Timur tengah bagian timur,tetapi juga mempengaruhi Cina, Jepang bahkan mungkin India. Pada saat ini yang menjadi aktor penting adalah Asia Tenggara karena pada saat itu barang yang paling penting dalam perdagangan jarak jauh di luar emas dan perak adalah cengkeh yang hanya diproduksi besar-besaran di wilayah Asia Tenggara. Kedua, selama periode ini para saudagar, penguasa, kota dan negara menempati bagian sentral dalam perdagangan yang berasal dari dan melalui wilayah mereka.

Pusat-pusat perdagangan di wilayah bawah angin adalah kota-kota di Asia seperti Pegu, Ayutthaya, Pnompeni, Hoi An (Faifo), Malaka, Patani, Brunei, Pasai, Aceh, Banten, Jepara, Gresik, dan Makassar. Meski demikian, pada akhirnya hanya ada tiga kota yang benar-benar menjadi pusat perekonomian regional, kekuasaan politik, dan kreativitas budaya yang menonjol, yaitu Malaka dibawah kekuasaan Portugis (sejak 1511), Manila dibawah kekuasaan Spanyol (1571),dan Batavia di bawah kekuasaan Belanda (1619).

Kejatuhan masa kurun niaga di Asia Tenggara yaitu Asia Tenggara sebagai akibat munculnya kota-kota penghasil rempah-rempah di barat. Antara lain di Brazil dan pelabuhan-pelabuhan di Eropa. Hal ini menyebabkan harga rempah-rempah lebih murah dan menarik aktivitas perdagangan di Asia Tenggara ke Eropa. Sementara itu, faktor lingkungan juga menjadi salah satu alasan mengapa perdagangan di Asia Tenggara sangat ramai. Unsur dominan dalam lingkungan hidup Asia Tenggara adalah air dan hutan. Perairan di sekitar Asia Tenggara merupakan tipe perairan yang ideal bagi para nelayan dan para pedagang asing untuk melakukan kegiatan perdagangan. Suhu air tidak beragam sehingga perahu-perahu yang tidak kuat lagi untuk melanjutkan pelayaran ke Eropa atau Jepang bisa beroperasi selama berthaun-tahun di Asia Tenggara. Semua ini menjadikan lautan tengah Asia Tenggara sebagai salh satu tempat pertemuan dan lalu lintas yang lebih ramah serta menarik dibandingkan dengan laut tengah yang lebih dalam dan lebih berbadai di Barat . Unsur lainnya, hutan, mampu menyediakan kayu yang bagus untuk pembuatan kapal sehingga menjadi komoditas yang bagus dalam perdaganan laut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dissatu pihak Asia Tenggara relatif lebih bebas dari migrasi dan invasi besar-besaran dari Asia Tengah seperti yang dialami oleh India dan Cina, sedangkan di lain pihak, Asia Tenggara selalu terbuka bagi perdangangan antarsamudra, bagi para petualang, dan kaum penyenar berbagai paham tertentu.

0 komentar:

Posting Komentar