Pasar Perkawinan

Dibanyak tempat, poligami adalah hal yang ilegal walaupun pria selalu menjadi penguasa. Kompromi di antara pria dan wanita adalah cara bagaimana monogami terus bertahan, tetapi tidak menjelaskan bagaimana monogami itu terjadi. Kita harus memahami bahwa beberapa masyarakat monogami. Masyarakat ini cenderung menilai berdasarkan kemampuan memberi nafkah. Jika pria hendak menikah dua kali, ia akan merasa kesulitan. Untuk apa seorang wanita menikahi pria miskin yang telah memiliki istri.

Kemampuan memberi nafkah dapat membatasi terjadinya poligami. Namun, hal ini juga menghilangkan sisi positif dari monogami. Secara tidak langsung, perempuan digambarkan sebagai seorang makhluk yang tunduk pada harta dan tetap puas menjadi istri kedua asal kehidupannya terpenuhi. Namun, perempuan berpendidikan akan menolak anggapan bahwa mereka bergantung pada suami.

Jika kita menerima pandangan Darwin mengenai bagaimana pria cenderung berkeinginan memiliki banyak istri, sedangkan wanita menginginkan sumber daya yang cukup untuk membesarkan anak-anak mereka, maka adanya monogami saat ini dapat dijelaskan. Masyarakat poligami digambarkan sebagai sesuatu yang disukai pria dan dibenci wanita. Namun, wanita akan lebih memilih menjadi istri kedua dibandingkan menikah dengan pria miskin. Hal ini menggambarkan perempuan tidak dilayani dengan baik oleh perkawinan monogami, sedangkan pria miskin tidak dilayani oleh poligami.

Tidak ada kesepakatan bahwa setiap orang harus berpasangan dengan orang yang sepadan. Namun, tentu saja sebenarnya perempuan ingin memiliki pasangan yang ada diperingkat atas. Begitupun dengan pria. Satu gerakan poligami bisa membuat sebagian besar wanita lebih baik dan kebanyakan pria lebih buruk. Kita bisa menyimpulkan bahwa, poligami akan membuat laki-laki menderita. Sedangkan pada wanita, poligami dapat memberikan wanita kesempatan untuk memiliki kehidupan yang sama.

Monogami tidak memberikan efek negatif bagi pria, tetapi juga tidak memberikan efek positif untuk wanita. Monogami terjadi karena adanya kompromi di antara pria beruntung dan pria kurang beruntung. Ketika kekuatan politik terdistribusi lebih rata, laki-laki kelas atas tidak dapat seenaknya menikahi banyak perempuan cantik dan berstandar tinggi. Monogami adalah ekspresi langsung kesetaraan politik antara laki-laki.

Wijayanto, Eko. 2010. Evolusi Kebudayaan. Jakarta: Salemba Humanika

0 komentar:

Posting Komentar