Revitalisasi Kesenian Membatik

Batik adalah salah satu warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang harus senantiasa kita jaga selalu. Sebagai salah satu harta, bukan tidak mungkin batik dapat berpindah tangan ke bangsa lain atau bahkan punah dan tidak dikenal lagi oleh generasi yang akan datang. Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mempertahankan batik dan nilai filosofinya agar tetap dapat menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia. Namun, melestarikan dan menjaga batik bukanlah hal yang mudah. Perlu adanya kemauan dan kerjasama dari segenap dan seluruh komponen masyarakat Indonesia.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan bersama demi mempertahankan dan melestarikan batik. Pertama adalah pelestarian seni batik, terutama teknik dalam membuat batik. Dahulu pola batik masih seputar binatang serta tanaman. Namun ini berkembang ke motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, dan sebagainya. Dengan adanya penggabungan corak lukisan dan dekorasi pakaian, muncuah seni batik tulis.

Kebudayaan yang sifatnya dinamis membuat batik sebagai salah satu hasil budaya akan terus berkembang dan berubah. Model, motif, serta pemakaian batik akan selalu dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan modernisasi. Saat ini, produk-produk batik terus mengikuti selera pasar. Sejumlah desainer berlomba-lomba mengkreasikan kain dan motif batik menjadi sesuatu yang tidak monoton dan dapat diterima di semua kalangan.

Goresan canting yang terdapat di batik adalah sebuah lukisan yang memiliki nilai filosofi dan penuh makna dari sang pembatik. Namun, menurut penelitian dari Tim Peniliti ITB untuk batik, tidak hanya itu saja yang terkandung di dalamnya, melainkan juga dapat ditarik kesimpulan bahwa nenek moyang bangsa kita kaya meninggalkan jejak perhitungan matematika pada kain batik Indonesia. Dari hasil-hasil karya mereka, kita dapat mengetahui bahwa terdapat banyak kombinasi ragam hias seni batik. Motif-motif itu memiliki fungsi beragam. Salah satunya sebagai pengingat. Pada motif babon angrem contohnya. Motif ini memiliki makna agar para wanita menjaga dan membesarkan anaknya layaknya seekor ayam mengerami telur-telurnya

Tidak salah bila pembatik masa kini memasukan unsur-unsur modern untuk menghiasi motif-motif batik yang sudah ada. Namun, harus tetap diingat pakem-pakem yang ada dalam membuat kain batik itu sendiri. Seperti di pekalongan, batik pekalongan yang dikenal sebagai batik yang terus mengikuti jaman dan perkembangan tren, mendapat pengaruh dari kebudayan Cina juga Belanda. Pada jaman penjajahan jepang munculah batik dengan nama ‘Jawa Hokokai’ yang memiliki motif dan warna yang mirip dengan kimono. Pada tahun 2005, sesaat setelah SBY diangakat menjadi presiden, muculah motif batik ‘SBY’ yang motifnya mirip dengan kain tenun ikat atau yang biasa dikenal dengan songket. Hal-hal yang berbau modern dapat dengan mudah menggeser keberadaan batik sebagai salah satu hasil kebudayaan tradisional. Namun, bukan berarti ia juga tidak dapat memperkuat keberadaan batik.

Kedua, regenerasi pembatik harus tetap berlangsung. Anggapan mengenai batik adalah milik generasi tua yang sulit sekali dihilangkan harus segera diubah. Pembatik tulis semakin sedikit dan tinggal pembatik-pembatik lanjut usia. Hal ini harus segera ditanggulangi. Kepada generasi mudalah harta bangsa ini akan diwariskan, maka sudah menjadi tugas kaum muda untuk menjaga dan mempertahankan perkembangan batik agar tetap menjadi bagian dari keseharian masyarakat. UNESCO pun telah mewajibkan Indonesia untuk melakukan regenerasi pembatik. Salah satu cara mudah adalah dengan memberikan penghargaan terhadap institusi atau lembaga pendidikan formal dan nonformal yang telah mengadakan kegiatan diluar akademik, membatik, sebagai upaya untuk menarik minat dan menciptakan atmosfer menyenangkan generasi dalam membatik dikalangan orang-orang muda. Teknik membatik adalah hasil proses panjang pengelelolaan kain yang dikembangkan secara turun-temurun. Oleh karena itu, proses ini sudah seharusnya terus berjalan dan berkembang beriringan dengan regenerasi pembatik.

Kemudian, hal penting berikutnya adalah memperhatikan hidup pembatik. Kesejahteraan para pembatik saat ini memang masih belum bisa disamakan dengan seniman-seniman lain seperti pemusik atau pemain film. Pembatik harus dihargai layaknya seorang seniman. Bukan seorang buruh. Minimnya masyarakat yang menggunakan batik bisa membuat seniman batik mengalami penurunan kualitas hidup. Jika hal ini dapat tercapai, bukan tidak mungkin batik dapat menjadi salah satu sendi perekonomian nasional dan bukan hanya sebagai penjaga tradisi dan budaya. Ketika kesejahteraan pembatik dapat kita jaga, dapat dipastikan regenerasi pembatik akan berjalan dengan baik.

Salah satu alasan kuat perlunya batik dilestarikan, adalah bahwa seni batik memiliki nilai tradisi budaya Nusantara yang sangat berharga. Semua ini membutuhkan kerjasama semua pihak. Sehingga batik bisa semakin memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Indonesia. Tidak lagi hanya menjadi denyut napas kehidupan masyarakat jawa saja, tetapi seluruh masyarakat Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar