Masyarakat Fuegians

Charles Darwin, perumus teori seleksi alam, pernah melakukan pelayaran ke seluruh belahan dunia bersama seorang Kapten Fritzroy. Pelayaran ini membuat Darwin bertemu dengan masyarakat primitive yang hidup di teluk Tierra del Fuego. Ketika kapalnya, Beagle, berlabuh di teluk itu, orang-orang primitive ini bersorak seakan baru pertama kali melihat orang asing. Darwin memtuskan untuk mengamati masyarakat Fuegians lebih dekat lagi. Ia menemukan kesan peradaban yang sangat biadab para masyarakat itu. Mereka memiliki kebiasaan memakan perempuan tua ketika makanan menjadi langka. Masyarakat disana lebih senang memakan perempuan tua dibanding memakan anjing-anjing, hewan peliharaan mereka. Anjing memiliki arti yang cukup penting dalam kehidupan mereka. Atas penelitiannya mengenai peradaban dan kebudayaan masyarakat Fuegians, Darwin mengungkapkan ketidak percayaannya mengenai seberapa lebar perbedaan antara manusia biadab dan beradab.

Akan tetapi, masyarakat ini tetap memiliki inti dari kehidupan yang beradab. Mereka mengenal arti persahabatan. Hal ini ditandai dengan adanya kedermawanan serta kesetiakawanan. Ketika itu, Darwin berjalan dengan seorang lelaki tua dari masyarakat Fuegians. Dengan jelas ia dapat melihat adanya sikap persahabatan yang ditunjukan oleh lelaki itu. Ia menepuk bagian dada dan punggung Darwin sebanyak tiga kali. Kemudian, sebagai simbol dalam membalas salam Darwin, lelaki tua itu menelanjangi bagian dadanya. Hal ini adalah cara masyarakat Fuegians menyapa dan bersikap ramah kepada tamu mereka.

Darwin dan Kapten Fitzroy melakukan sebuah percobaan antarbudaya terhadap masyarakat primitive ini. Mereka membawa tiga anak Fuegians dengan beragam sifat untuk ikut berlayar bersama. Ketiga anak ini kemudian diajarkan nilai-nilai Kristen yang baik, sehingga kelak mereka bias menyebarkan ajaran Kristen kepada masyarakat Fuegians. Darwin meneliti bahwa ternyata masyarakat itu sebenarnya memiliki hati nurani dan moral. Mereka dapat berteman dengan orang kulit putih yang hidup di peradaban yang jauh dari tempat tinggal mereka. Mereka juga telah mengenal simpati terhadap orang lain bahkan terhadap yang tidak dikenal. Darwin percaya, masyarakat Fuegians memiliki rasa moral yang patut dijadikan teladan yang sempurna layaknya masyarakat modern saat ini.

Masalahnya, setiap orang mencari sisi evolusi sampai kepada perbedaan moralitas tersebut. Jika moralitas ditanamkan kedalam ilmu biologi, maka kode moral tidak akan berbeda jauh lantaran dapat dikodifikasikan secara genetic. Namun muncul pertanyaan mengenai perbedaan gen moralitas diantara masyarakat berbagai Negara. Darwin memercayai bahwa ras mempunyai perbedaan-perbedaan mental sejak lahir, di antaranya bersangkut paut dengan moral. Orang yang berbeda memiliki norma serta peraturan yang berbeda pula yang didasari oleh kepentingan komunitasnya. Darwin tetap meyakini bahwa tidak seorang pun dari orang yang tidak beradab akan mengganggu kita dalam lingkungan moralitas manusia. Evolusi dapat mendorong moral yang terpusat pada perilaku. Tindakan moral yang terkondifikasi dalam aturan moral tidak lain adalah hasil evolusi kebudayaan. Kode-kode moral ada karena memiliki kegunaan evolutif.

Wijayanto, Eko. 2010. Evolusi Kebudayaan. Jakarta: Salemba Humanika

0 komentar:

Posting Komentar